2015-10-31

[Nekad] Panduan Mengikuti Ujian Semester #2

University Station (Doc.pri)

Setelah membaca mukadimah yang puanjang sebelumnya, akhirnya saya putuskan memenggal tulisan menjadi dua postingan agar samang-samang ndak ngeluh macam dedek-dedek gemesh galau.

Lalu, bagaimana dengan panduan mengerjakan ujian sebagaimana yang dipakai dalam judul?

l   Pertama, pastikan samang-samang bukan mahasiswa ilegal.
Begitu juga kampusnya. Jangan sampai tempat samang-samang menuntut ilmu secara formal itu adalah kampus abal-abalPora ngeri? Wooo... rumasamu! Cara mengeceknya bisa cari panduannya sambil searching-searching di rumah embah gukgel atau search engine lainnya. Memang, penamaan mahasiswa ilegal ini rada ndak nyaman. Tapi kan tiap kasus mahasiswa ilegal ini ndak sama. Wise dikit, dong. Hambok ditelaah satu-satu, dicari klausalnya biar ketemu solusinya. Hamosok ada masalah kok ditampung? Kita ini bukan Laut China Selatan yang mampu menampung aliran bah masalah dari sungai Kunning.
Benar kita dianugerahi chip buatan Tuhan yang ditanam di dalam tempurung kepala kita. Tapi dengan seiringnya waktu, kita bisa mengalami long term memory lost.

l   Kedua, kuasai moDULL berikut latihan soalnya.
Kalo MOODul samang ndak ada soalnya, samang-samang ndak usah nyari persoalan deh. O… jadi, gitu? Samang yang membuat (per)soal(an), saya yang harus (men)jawab?

l   Ketiga, persiapkan perkakas dan hardware ujian.
Bila dalam tatib ujian tidak diperkenankan memakai sendal jepit atau kaos oblong, taati. Termasuk meletakan di depan kelas semua barang elektronik berupa teve, mesin cuci, kulkas, micro-wife, semar-phone yang bisa share wi-fe dan atau aneka tablet termasuk tablet sakit demam, flu atau malarindu. Kalo samang melanggar tatib trus dicoret dari absen, percuma loh telepon 999. Iya, sih, nyambung tapi yang datang bukan polisi tapi satu kompi mobil pemadan kebakaran. Serius! Buat memadamkan bara api di hati dan otak e samang itu loh.

l   Keempat, trik gila ala saya adalah: datang, duduk, kerjakan, pulang, lupakan.
Selebihnya kembalikan kebijakan akademika kepada kampus atau sekolah yang menaungi kita. Kalo keputusan jajaran dewan kampus sudah fix, nyinyir di jejaring sosial atau war-blog sampai keyboardjebol pun ndak akan ketemu titik temu. Sudahlah, emang wewenang ilmiah kita sebagai pelajar ini apa agar bisa mempengaruhi dan atau mengubah keputusan 'atasan'? Jangankan mencoret absen, menghujani nilai E untuk semua matkul bahkan memberedel presma saja pihak kampus itu punya kuasa, og. Terima sajalah. Kalok memang mau bersuara, silakan juga asal tetap beretika.

Biasanya, mereka yang kalem-kalem dan ndak begitu vokal di kampus itu berkecenderungan cepat lulus. Hasiapa yang meluluskan tulisan tidak baku dan ndak nggenah macam begini dalam skripsi/ karil? Pora swedih beliyo-beliyo yang bersusah payah menyusun, menyunting, menerbitkan, dan atau mengedarkan KBBI. Hormati dan apresiasi, dong, mumpung momennya pas di hari Sumpah Pemuda.

Eniwe, baswe, sabwe, selamat belajar bagi Mbak-mbak dan Mas-mas yang menjalankan. Yang tidak belajar tidak saya ucapin selamat.
Sirahku ngelu, piye sirahmu?


[Risna]

0 comments:

Post a Comment