Pages - Menu

2015-03-14

[Curcol] Kantuk Menyerang, Asti pun Terjengkang

Kantuk Menyerang, Asti pun Terjengkang

Teman-teman, sebelum melanjutkan baris demi baris tulisan ini, saya mohon seandainya Anda mengenal makhluk setengah waras dan setengah gila (tetapi bukan makhluk setengah jadi) bernama Asti, tolong segera sembunyikan koran SUARA ini. Lalu lanjutkan bacanya setelah Asti pergi. Nei wui lam em do fa sang mey si (Anda tidak akan bisa membayangkan apa yang bakal terjadi).

Si Asti ini kan salah satu makhluk yang dikutuk imut seumur hidup. Ia akan senantiasa selalu dan always terlihat poreper sepentin alias serupa remaja berusia 17 tahun jalan (sisanya lari marathon 10K). Namun siapa sangka, pemikirannya sangatlah dewasa. Ia sadar, ngungyan di Hong Kong adalah sepotong puzle kehidupan. Di sini hanya mampir ngombe alias dringking (plus eating, shopping, hiking, dan -ing lainnya). Bahwasanya ia akan merangkai masa depan di tanah kelahiran, di Endonesyah sana.

Oleh karenanya, ia gabung dengan kelas entrepreneurship. Baik yang diadakan secara gratis atau berbayar hingga yang memakai sistem tatap muka atau pun kelas online. Kelas-kelas kursus juga dijajaki. Mulai dari menjahit, merangkai manik-manik, fotografi, dan memasak. Oleh karenanya, buku-buku modul pun tumpah ruah di kamarnya. Ia senantiasa mengisi waktu luangnya untuk membaca (dan fesbukan, beybeyeman, wosapan, maupun instagaraman). Alasan lain sih emang ndoro juragannya tidak mengijinkannya nongtong tipih. Jadi, jangan heran jika ia diajak ngomong Kantonis, dia hanya paham setengah-setengah (ya itu tadi, setengah waras dan setengah gila .... eh!).

Siang itu, bersama mendung dan kabut yang menyelimuti Hong Kong sejak minggu ketiga Februari lalu (bahkan hingga awal Maret), ia menunggu waktu masak makan malam dengan membaca buku di dapur. Lazimnya, membaca buku akan lebih afdhol bila disandingkan dengan secangkir kopi hitam legam nan pahit. Dan untuk mendapatkan afdhol kuadrat pangkat empat masih pakai akar sin cos tangen dan bilangan variabel x yang dikombinasi kalkulus dan logaritma, ia mengambil bebeb hengpun (HP) kesayangannya lalu memotret betapa serasinya persahabatan antara buku dan secangkir kopi kemudian mengunggahnya di instagaram.

Di situ kadang saya merasa huwaooow. Perjuangan untuk mendapatkan modal usaha di Endonesyah kelak juga diimbangi dengan ilmu. Ya ya, bolehlah sekolah berhenti sampai SMK tetapi belajar haruslah terus menerus dan tidak boleh putus, begitu sedikit gambaran tentangnya.

Rahasia umum, mata kita akan moncer serupa mbulan ndadari bila melototi fesbuk. Tetapi tiba-tiba lengket serupa kena pulut jika diajak membaca buku terutama buku-buku 'berat'. Jadi sepertinya, kopi itu tadi hanya alibi untuk mempercantik penampakan di instagaramnya Asti.

Sekira satu jam kemudian, Asti mengunggah lagi sebuah foto pojok dapur dengan kursi kosong. Captionnya membuat siapapun yang membacanya bakal terharu. Asal jangan menertawakannya loh, ya. Soalnya ia baru saja jatuh terjengakang dari kursi itu. Handle/pegangan pembuka pintu oven yang terletak di dekat tempat duduknya ikut-ikutan patah terkena hantaman kursi. Itu artinya ia sedang teraniaya. Bukankah doa orang yang teraniaya itu diijabah Gusti? Awas-awas ya kalo menertawakannya. Bisa-bisa Anda dikutuk kaya raya seumur hidup!

Olala ... Rupanya ia terjengkang karena kantuk yang tiba-tiba menyerangnya tidak mempan dihajar secangkir kopi. Dan ... Sampai tulisan ini dibuat, belum ada kelanjutan nasib handle oven. Tetapi yang bisa saya kabarkan adalah, Asti masih baik-baik sayang ... eh baik-baik saja, ding.

Sinna Hermanto/ Koran SUARA, Maret 2015. 

***

Artikel terkait.

No comments:

Post a Comment