Pages - Menu

2015-02-28

[Curcol] Balikin, Ow ... Ow Balikin

Balikin, Ow ... Ow Balikin

Membaca judul di atas, kita akan teringat judul lagu milik Slank. Akhir tahun lalu, Slankers mania Hong Kong dimanjakan dengan konser megah di sebuah stadium. Fans fanatik yang sebagian besar adalah pekerja migran ini bisa bertatap muka dengan idolanya secara langsung, di depan jidat mereka. Sebuah kesempatan yang jarang didapatkan ketika berada di tanah air, kan?

Namun, di sudut Hong Kong yang lain, seorang pekerja migran Indonesia yang terkena racun shopaholic tetapi tidak kesengsem dengan segala yang berbau musik, grup band, boyband, girlband, paduan suara maupun makhluk sejenisnya, sedang dilanda keterkagetan tiada tara. Nama kerennya adalah WHK (baca: Wiwinda Hong Kong).

WHK ini punya tablet baru, gadget teranyar nan gratis keluaran negeri bambu, bukan tablet anti maag atau tablet sakit flu. Konon, tablet ini adalah hadiah utama setelah ia memenangkan sebuah undian yang diadakan di Olympic Hse. Bagai kejatuhan durian runtuh, di wajahnya nampak segaris tawa. Sepertinya, ia sangat bahagia.

Nah, tablet yang masih gress keluar dari kardusnya itu segera ia belikan SIM card berikut external hard-disc sekian Gb untuk ruang tambahan aplikasi wajib sebagai makhluk sosial (dan sosialita) serta menunjang aktivitas komunikasinya. Aplikasi itu antara lain : wosap, pesbuk, instagaram, cuwiter, yucup, de-el-el.

Setelah sukses upgrade aplikasi, selang dua hari dari aktivasi SIM card, tiba-tiba ia menerima sebuah telefon dari nomor tak dikenal. Ia tak kaget. Yang namanya tablet baru, otomatis belum banyak nomor kontak yang disimpan dalam memori hape. Setelah dering beberapa kali untuk memastikan bahwa panggilan itu bukan sekedar miskol dari antah berantah, WHK segera mengusap layar tabletnya itu.

Tanpa salam pembuka, suara diseberang sana segera menodongnya dengan pertanyaan yang tidak punya ujung maupun pangkal.

"Balikin! Balikin hapeku. Kamu yang ngambil hapeku, kan?"

WHK jadi bingung setengah gendeng karena berondongan kalimat itu. Hape apa yang harus ia kembalikan, batinnya.

Setelah diselidik ala detektiv Conan, rupanya si penelefon telah kehilangan hape (berikut SIM cardnya) sekira 2 tahun lalu. Mungkin, ketika hari itu ia iseng mendial nomor hapenya yang dulu, ternyata nomornya aktiv. Ia mencak-mencak dan meminta WHK mengembalikan hapenya yang hilang.

WHK yang biasanya membuang barang yang tidak berguna, ndilalah hari itu ia belum membuang kerangka SIM card yang tidak terpakai. Ia pun mengajak si penelefon untuk menyelesaikan masalah ini dengan tatap muka untuk menunjukkan bukti otentik. Digituin, WHK malah ditantang akan dilaporkan polisi. Namun, WHK tidak takut. Bukti-bukti kepemilikan dan kuitansi pembelian dari toko Semar masih ada padanya.

Sayangnya, pada hari yang telah disepakati, kedua perempuan yang sama-sama berbahasa Hendonesah itu tidak jadi bertemu. Sepertinya si penelefon takut. Seharusnya ia sadar, bahwasanya nomor telefon dari suatu provider yang telah non aktiv dalam jangka waktu tertentu, bisa saja perusahaan pemilik provider mengangsurkan nomor itu kepada pelanggan barunya.

Nah!!!

Sinna Hermanto (Apakabar Plus, Feb 2015)

No comments:

Post a Comment